Istriku,
Saya sendiri.
Setelah kepergianmu,
saya sepi.
Istriku,
sehari, dua hari,
Telah berhasil saya lewati.
Lalu bagaimana dengan hari esok dan seterusnya?
Apa hari itu masih ada buat saya?
Saya seperti kehilangan tujuan,
kehilangan harapan,
dan rasa, Bu.
Seperti tak punya tumpuan,
tak ada pegangan,
Sangat sulit untuk berjalan.
Engkau tahu,
Sehari, dua hari belakangan,
detik berjalan amat lambat.
Waktu seolah mempermainkan saya.
Saya marah,
Saya menangis,
tapi tanpa air mata, Bu.
Ketika saya hendak terlelap,
tak ada lagi yang meminta saya untuk mengusap punggungnya,
mengambilkan air minum yang hangat,
menyanyikan lagu lagu masa muda.
Penbaringan saya terlampau luas dan dingin, Bu.
untuk saya sendiri.
Istriku tercinta,
Ibu...
Ibu...
Katakan kepada saya,
seperti apa itu hari tua?
Saya tidak bisa membacanya,
saya kehilangan catatan-catatannya.
Semenjak kepergianmu,
Tidakkah lebih baik IA mengambilku juga?
Tentang perasaan yang universal. Cinta. Sesuatu yang tidak dapat diukur dengan materi. Hal yg terkadang sulit di mengerti. Bahagia meski dengan cara yang sederhana, seperti indahnya menatap senja di Muara Angke, bukan di pantai Kuta yang terkenal indah. Tentang luka, tentang bahagia. Tentang keanehan cinta.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Labels
- backpacker (1)
- Bad feeling (1)
- Bali (1)
- catering (4)
- Cincin tunangan (1)
- First time (1)
- Florist (1)
- gedung pernikahan (2)
- Heart Running (1)
- Hujan di hati saya (1)
- island (1)
- jakarta (1)
- kaliem jewelry (1)
- list (1)
- Mahar (1)
- Pergi selamanya (1)
- pernikahan (2)
- persiapan (1)
- photo (2)
- photography (1)
- pose studio (1)
- Pre wedding (2)
- pre wedding photo (1)
- Puisi Luar (1)
- Selamat Tinggal Nenek. (1)
- separated (1)
- seserahan (4)
- Soulmate (2)
- travelling (1)
- trip (1)
- Tuan Kesetiaan (1)
- venue (3)
- Venue and Catering (5)
- wedding (9)
- wedding festival (1)
- wedding preparation (15)
- Wedding Rings (1)
- wedding singer (1)
- wedding venue (1)
No comments:
Post a Comment